Oleh Awallokita Mayangsari
Selamat datang Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan… bila kita menyadarinya.
Salah satu berkah Ramadhan yang paling nyata dan bisa kita rasakan sekarang adalah betapa bersihnya nikmat udara yang Tuhan berikan. Pada pagi hari hingga petang menjelang, hiruplah segarnya udara tanpa ada bau asap rokok yang menyesak paru. Bersyukurlah, ini satu kenikmatan lagi yang bisa kita rasakan setiap hari, meski hanya di siang hari, meski hanya satu bulan.
Tidak bisa kita pungkiri, masih ada di antara keluarga, kerabat bahkan teman terdekat yang kita sayangi masih terjerat rasa ketergantungan untuk menghisap rokok. Bahkan sebagian besar di antara mereka menganggap rokok adalah kebutuhan biasa dan mereka enggan dikatakan kecanduan.
Nyatanya, rokok adalah candu yang bisa membuat penggemarnya kecanduan. Kamus Besar Bahasa Indonesia secara jelas mendefinisikan kata kecanduan sebagai kejangkitan suatu kegemaran (hingga lupa terhadap hal-hal lain).
Buktinya, bisa kita lihat saat tiba waktu berbuka puasa. Baru saja beberapa tegukan air membasahi kerongkongan, jari-jemari sudah tidak sabar memainkan pemantik untuk segera menyalakan api. Rasa ketergantungan pun mulai menguasai pikiran, mengalahkan rasa lapar yang sesungguhnya dirasakan. Tanpa sadar, motorik tubuh digerakkan untuk mengambil batang rokok dan menyalakannya, memaksa paru-paru untuk menghisap dan menghembuskannya kembali. Dalam kondisi seperti itu, penggemar rokok tidak menyadari bahwa asap yang dihasilkan sangat mengganggu orang yang ada di sekitarnya, yang juga sedang berbuka puasa. Rokok juga begitu dasyatnya, karena mampu mematikan rasa bersalah bahwa asap yang ditimbulkan bisa mengganggu orang di sekitarnya.
Rokok juga bahkan mampu menguasai logika berpikir manusia, sehingga tidak bisa membayangkan bahaya atau akibat yang akan dapat ditimbulkan, serta tidak mampu memperhitungkan bahaya untuk mengambil keputusan yang tepat, padahal mudharat perilaku merokok jauh lebih besar dibandingkan kemaslahatannya. Mereka terlihat lebih berselera dan menikmati saat menghisap rokok daripada saat menyantap hidangan buka puasa. Padahal sesungguhnya tubuh lebih memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan daripada rokok yang jelas-jelas mengandung zat-zat yang membahayakan.
Ingat, Ada Kewajiban Sebelum Hak
Para penggemar rokok selalu menyatakan bahwa itu merupakan hak mereka. Namun, janganlah lupa bahwa menghirup udara yang bersih juga merupakan hak bagi kami dan mereka yang tidak merokok dan tidak ingin terkena dampak asap rokok.
Well, sebelum membicarakan hak, tentu harus didahului dengan kewajiban. Semua individu pada dasarnya berkewajiban menjaga nikmat kesehatan yang telah Tuhan berikan. Perilaku merokok, bukankah hal itu justru malah kontraprodukif dengan upaya menjaga atau meningkatkan kesehatan?
Bagaimanapun juga, para penggemar rokok memiliki kewajiban untuk memperhatikan tempat khusus untuk merokok (yang disediakan) saat mendapatkan haknya. Etikanya, jangan sampai asapnya terhirup oleh orang lain yang tidak merokok, apalagi ibu hamil dan anak-anak. Sementara itu, bagi orang yang tidak merokok dan tidak ingin terkena dampak rokok, berkewajiban pula untuk senantiasa memberikan perhatian untuk mengingatkan bahaya rokok terhadap kesehatan diri dan keluarga.
Berbagi Pesan Kebaikan di Bulan Ramadhan, Ingatkan Mereka Pentingnya Menjaga Kesehatan
Pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah telah bersepakat untuk mengatur Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yakni area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau, yaitu: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, tempat ibadah, tempat bermain anak baik yang tertutup maupun area terbuka, angkutan umum dan fasilitas publik lainnya, tempat usaha/kerja.
Selain itu, pemerintah juga tidak hentinya berusaha menyadarkan para penggila rokok dengan memasang peringatan keras berupa tulisan “Merokok Membunuhmu” disertai pictorial health warning yang mevisualisasikan bahaya yang bisa mereka alami bila meneruskan kebiasaan buruk mereka. Namun, saat kecanduan, sepertinya tulisan dan gambar peringatan menjadi tidak kelihatan. Maka dari itu, dibutuhkan peran dari orang-orang dan teman terdekat, untuk senantiasa mengingatkan bahwa kesehatan adalah anugerah Tuhan yang perlu dijaga.
Harapannya adalah dengan keberadaan kasih sayang dan perhatian, perlahan-lahan hati akan tergerak untuk tidak ingin mengganggu, sehingga secara sungguh-sungguh berupaya menjauhkan diri dari perilaku yang merugikan, dan mampu melepaskan diri dari jeratan candu yang menguasai.
Maka dari itu, di bulan ramadhan seperti saat ini merupakan saat terbaik untuk berbagi pesan kesehatan yang juga termasuk amalan kebaikan yang bisa dilakukan. Semoga ibadah shaum kita semua bisa diterima oleh-Nya dan kita semua kembali kepada fitrah, bersih tidak hanya fisik dan hatinya namun juga terhindar dari kebiasaan yang merugikan, sehingga menjadi lebih bersyukur atas nikmat sehat dan nikmat udara segar yang telah Tuhan berikan.
Jakarta, 24 Mei 2018 (7 Ramadhan 1439H)