Riset obat khusus anak masih minim. WHO mendorong percepatan penelitian obat yang lebih ramah anak yang sesuai dengan usia, kondisi fisiologis, dan berat badan anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis daftar pertama formulasi pediatrik prioritas untuk lima penyakit tropis terabaikan (NTD) pada Selasa, 21 November lalu. Daftar menargetkan penelitian dan pengembangan obat untuk memenuhi kebutuhan khusus bayi dan anak-anak. Daftar tersebut merupakan hasil dari kegiatan Optimasi Obat Anak (PADO) yang dilakukan oleh WHO yang bertujuan untuk mengidentifikasi obat-obatan dan formulasi prioritas untuk diselidiki dan dikembangkan dengan jangka waktu 3-5 tahun (daftar prioritas PADO) atau dengan jangka waktu 5-10 tahun (daftar pantauan PADO).
“Saya menyambut baik perluasan konsep PADO ke NTD. Meningkatkan akses terhadap formulasi pediatrik adalah kuncinya karena NTD berdampak pada sejumlah besar anak-anak dan karena hanya dengan menyasar semua kelompok umur, termasuk anak-anak, kita akan mampu menghentikan penularan NTD dan mencapai eliminasi,” kata Ibrahima Socé Fall, Direktur Program NTD WHO Global, dalam rilis WHO. “Saya mengundang lebih banyak investasi untuk menyelesaikan pengembangan formulasi ini, mendukung produksinya, dan memfasilitasi akses bagi kelompok yang paling rentan.”
Menurut WHO, NTD adalah kelompok penyakit menular yang beragam dengan epidemiologi, prevalensi lokal, strategi pengendalian, dan eliminasi yang berbeda serta tantangan dalam ketersediaan pengobatan yang dirancang untuk anak-anak. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kurang dari separuh obat NTD yang direkomendasikan WHO disetujui untuk anak-anak. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan aktivitas penelitian NTD di bidang ini.
Dalam hari anak sedunia pada 20 November lalu, Akselerator Global untuk Formulasi Pediatri (GAP-f), jaringan WHO dalam penelitian untuk menanggapi kesenjangan pengobatan pediatrik, juga menyoroti beberapa upaya inovasi dan akses terhadap obat-obatan anak yang lebih baik. Menurut WHO, sejak 2015, penurunan angka kematian bayi dan anak telah melambat, namun penelitian mengenai obat-obatan untuk anak-anak masih kurang karena, antara lain, rumitnya pelaksanaan penelitian pada kelompok usia termuda. Sayangnya, 50-90 persen obat yang digunakan pada anak-anak saat ini belum pernah diteliti untuk mereka dan hasil penelitian obat yang dilakukan pada orang dewasa seringkali digunakan pada anak-anak. Lebih buruk lagi, banyak obat-obatan anak tidak diberi label atau bahkan tidak berlisensi. Hal ini berbahaya karena dapat terjadi peningkatan resistensi obat akibat pemberian resep antimikroba yang terlalu berlebihan dan tidak sesuai indikasi, misalnya penggunaan dosis atau durasi penggunaan obat yang tidak memadai.
Anak-anak pada umumnya tidak dapat menelan tablet atau kapsul, seringkali tidak tahan dengan rasa obat cair, dan mengolah obat secara berbeda seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Menurut WHO, obat-obatan anak idealnya mempunyai rasa yang enak, dapat digores, dapat dihancurkan, dapat tersebar (cepat hancur dalam air), dapat dikunyah, ditaburkan pada makanan, atau dicampur dengan air susu ibu (ASI). WHO menyatakan bahwa obat anak yang ideal adalah yang sesuai dengan usia, kondisi fisiologis, dan berat badan anak serta tersedia dalam bentuk sediaan oral padat yang fleksibel yang dapat diminum utuh, dilarutkan dalam berbagai cairan, atau ditaburkan pada makanan, sehingga memudahkan anak untuk mencernanya.
WHO menyatakan bahwa penyakit menular yang dapat dicegah dan diobati masih menjadi penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun. Infeksi bakteri, terutama pneumonia, sepsis neonatal, dan infeksi saluran cerna, merupakan penyebab utama kematian akibat infeksi pada kelompok usia ini di seluruh dunia. Masalah ini semakin diperburuk dengan meningkatnya resistensi antimikroba secara global.
WHO melakukan upaya untuk menghasilkan daftar prioritas antibiotik untuk pengembangan PADO untuk semua produk, termasuk yang memiliki indikasi yang disetujui untuk anak-anak tetapi tidak memiliki formulasi yang sesuai dengan usia mereka. Dari daftar tersebut, penelitian yang paling banyak dilakukan hingga saat ini berfokus pada cefiderocol, antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih.
Adapun daftar prioritas PADO untuk NTD mencakup enam obat di lima bidang penyakit, yakni acoziborole untuk trypanosomiasis Afrika atau penyakit tidur, penyakit yang disebabkan parasit Trypanosoma brucei yang dibawa lalat tsetse); ivermectin dan moxidectin untuk kudis dan onchocerciasis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit Onchocerca volvulus; miltefosine dan amfoterisin B untuk leishmaniasis visceral, infeksi pada kulit yang disebabkan oleh protozoa leishmania; dan L-praziquantel untuk schistosomiasis atau demam keong, infeksi yang disebabkan oleh cacing skistosoma.
Mitra jaringan GAP-f bekerja sama untuk menghilangkan hambatan dalam mengembangkan dan memberikan obat-obatan yang tepat, berkualitas, terjangkau, dan dapat diakses oleh anak-anak serta berkontribusi terhadap cakupan kesehatan universal. GAP-f bekerja dengan mendorong kolaborasi antarpemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kesenjangan, menetapkan prioritas kebutuhan, dan mempercepat penyelidikan, pengembangan, dan pengiriman produk untuk meningkatkan dan menyelamatkan nyawa anak-anak.