Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian pada wanita. Ada gejala yang berbeda antara pria dan wanita.
Banyak yang belum sadar bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian pada wanita. Mirisnya, risiko penyakit jantung pada ini wanita meningkat drastis setelah menopause. Lantas, bagaimana cara mencegahnya?
National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), lembaga di bawah Departemen Kesehatan Amerika Serikat, memperkirakan 80 persen wanita berusia 40 hingga 60 tahun memiliki lebih dari satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Hal ini mayoritas dipengaruhi hormon di tubuh perempuan.
Pengaruh Hormon Estrogen
Hormon reproduksi pada wanita, estrogen, yang terus diproduksi tubuh sebelum menopause ternyata mampu melindungi dari penyakit jantung. National Institutes of Health (NIH), badan riset kesehatan pemerintah Amerika Serikat, menyebutkan, fenomena ini terjadi berkat hormon estrogen yang mampu menjaga arteri atau pembuluh darah tetap fleksibel. Hormon estrogen juga mampu memberikan efek menguntungkan dalam mengontrol kadar lemak dalam darah atau lipid darah. Tapi, sayangnya, setelah masuk masa menopause, wanita berhenti menstruasi, yang artinya hormon reproduksi seperti estrogen berhenti diproduksi tubuh.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) juga menyebutkan, perempuan yang mengalami menopause dini atau tindakan medis seperti histerektomi atau pengangkatan rahim ternyata lebih berpeluang terkena penyakit jantung di usia yang sama pada wanita yang belum mengalami menopause. Risiko sakit jantung ini sayangnya tidak dibarengi kesadaran wanita terhadap penyakit yang mengancam nyawa ini. Ini sesuai dengan data CDC pada 2023 yang menyebutkan hanya sekitar setengah atau 56 persen wanita Amerika yang menyadari bahwa penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu mereka.
Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5 persen dengan peringkat prevalensi tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara, Yogyakarta, dan Gorontalo. Riset itu juga menunjukkan bahwa dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia, 45 persen di antaranya disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian.
Beda dari Pria
Kantor Kesehatan Perempuan (OASH) menyebutkan, kondisi wanita lebih buruk dibandingkan pria setelah serangan jantung. Ini karena wanita berusia antara 45 dan 65 tahun yang mengalami serangan jantung lebih mungkin meninggal dalam waktu satu tahun setelah serangan dibandingkan pria pada usia yang sama. Namun, serangan jantung lebih jarang terjadi pada wanita muda dibandingkan pria muda. Kondisi ini dipengaruhi hormon dan menopause yang terjadi pada tubuh wanita.
Selain itu, wanita berusia lebih dari 65 tahun lebih berisiko meninggal dalam beberapa minggu setelah serangan jantung dibandingkan pria pada usia yang sama. Wanita biasanya mengalami serangan jantung 10 tahun lebih lambat dibanding pria. Usia rerata serangan jantung pertama pria adalah 64 tahun, sedangkan wanita 72 tahun.
Gejala pada Wanita
Berbeda dengan penyakit jantung yang dialami pria, berikut ini gejala penyakit jantung berdasarkan keterangan National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI).
- Aktivitas Perempuan
Pada pria, gejala sakit jantung cenderung memburuk saat beraktivitas fisik dan bakal hilang setelah istirahat. Tapi, pada wanita sakitnya sering terjadi saat aktivitas rutin sehari-hari, seperti berbelanja atau memasak, dibandingkan saat berolahraga.
- Lokasi Nyeri
Gejala nyeri berbeda-beda pada setiap orang. Wanita yang menderita angina atau serangan jantung sering menggambarkannya dengan nyeri dada mereka seperti tertekan, diremas, atau sesak. Wanita juga mungkin mengalami nyeri di dada, leher, dan tenggorokan.
- Stres
Kesehatan mental terganggu atau secara psikologis tidak stabil cenderung bisa memicu sakit jantung wanita dibandingkan pria.
Gejala lain penyakit jantung yang terjadi pada wanita antara lain mual, muntah, sesak napas, sakit perut, sulit tidur, kelelahan, dan kurang energi.
Mengurangi Risiko Sakit Jantung
Mencegah lebih baik daripada mengobati dan daripada menunggu tua, ketika kondisi tubuh sudah menurun drastis. Pencegahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. CDC merekomendasikan sejumlah langkah pencegahan.
- Periksa Tekanan Darah
Tekanan darah yang tidak terkontrol atau hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan demensia. Hipertensi tidak menunjukkan gejala, jadi wajib rutin memeriksa tekanan darah.
- Cek Diabetes
Diabetes atau kadar gula tinggi dalam darah yang tidak terkontrol meningkatkan risiko penyakit jantung. Ini karena diabetes bisa menyebabkan komplikasi dan salah satunya penyakit jantung.
- Tidak Merokok
Jika tidak merokok, jangan mulai merokok. Tapi jika merokok, segera cari dan pelajari cara berhenti.
- Cek Kolesterol dan Trigliserida
Kolesterol terbentuk dari lemak jenuh yang didapatkan dari makanan. Semakin banyak lemak jenuh, maka semakin banyak kolesterol yang akan diproduksi oleh tubuh. Adapun trigliserida adalah cadangan energi tubuh yang bisa dihasilkan dari makanan berlemak dan makanan sumber karbohidrat.
- Olahraga 150 Menit
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan orang berolahraga selama 150 menit per minggu. Sebaiknya jumlah ini tidak dilakukan sekaligus tapi bisa dibagi 3 hingga 4 kali dalam seminggu. Olahraga yang disarankan adalah kombinasi aerobik, fleksibilitas, dan angkat beban.
Penulis: Redaksi Mediakom