Sehat Negeriku
No Result
View All Result
Sabtu, 14/06/2025
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
No Result
View All Result
Sehat Negeriku
No Result
View All Result

Tiga Unsur Perundungan

Rokom by Rokom
09 Januari 2024
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Tiga Unsur Perundungan

Tiga Unsur Perundungan

Bagikan di FacebookBagikan di WhatsappBagikan di Line

Perundungan biasanya dilakukan karena ada niat melakukan kekerasan, dilakukan berulang, dan oleh orang yang memiliki status lebih tinggi. Perlu dibangun kesadaran agar yang lain lebih peduli.       

 

Maraknya kasus perundungan (bullying) di Indonesia menjadi sorotan masyarakat dan mendapat perhatian pemimpin negeri ini. Wakil Presiden K. H. Ma’ruf Amin menyatakan pemerintah tengah berupaya mengatasinya dengan mencari akar penyebabnya.

Lantas, apa itu perundungan sehingga menjadi sorotan? Menurut buku Ayo, Bantu Anak Hindari Perundungan terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perundungan adalah perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan secara sengaja dan berulang sehingga seseorang menjadi trauma dan tidak berdaya.

Menurut buku tersebut, ada empat jenis perundungan. Pertama, perundungan fisik, di antaranya mendorong, menjegal, mengancam, menjambak, meninju dan memukul. Kedua, perundungan verbal, seperti memberikan julukan yang tidak menyenangkan, menghina, menyindir, mengancam, dan menyebar gosip. Perundungan jenis ketiga adalah perundungan sosial, seperti mengucilkan, memalak, memfitnah, dan mengabaikan. Adapun jenis perundungan yang keempat adalah yang terjadi di dunia maya, seperti memperolok, mengubah foto menjadi tidak semestinya, dan mengirimkan pesan teror.

Dian Fatmawati, S. Psi., M. Psi., psikolog klinis dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, mengatakan, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perundungan apabila memenuhi tiga unsur. “Pertama, dia memang ada niat, memang sengaja melakukan kekerasan tersebut. Kedua, dilakukan berulang. Dan yang ketiga, dilakukan oleh orang yang memiliki status lebih tinggi, bisa perbedaan status ekonomi, entah badannya lebih tinggi, lebih besar atau lebih mayoritas, jadi memang ada perbedaan situasi,” kata Dian kepada Mediakom pada Rabu, 25 Oktober lalu.

Dian menambahkan, antara perundungan dan kekerasan yang terjadi pada anak dapat dibedakan dengan melihat apakah tiga unsur perundungan itu. Apabila ketiganya tidak terpenuhi, maka untuk usia anak sekolah hal itu bisa dikatakan sebagai sebuah pertengkaran sesaat. “Kalau usianya sebaya, pertengkaran yang terjadi hanya sesekali saja, tidak berulang dan terpicu emosi sesaat saja, belum dikatakan perundungan kalau berdasarkan definisinya,” kata Dian.

Menurut Dian, banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku perundungan, di antaranya karena adanya permasalahan di rumah. Namun, kata  Dian, ternyata tidak semua anak yang ada masalah di rumah menjadi pelaku perundungan. Dia menyatakan, berdasarkan hasil penelitian tahun 2015 setidaknya ada empat faktor yang menjadi latar belakang seseorang menjadi pelaku perundungan, yakni faktor individu, faktor lingkungan keluarga, faktor sosial atau komunitas, dan faktor sekolah. Keempat faktor ini, ujar Dian, saling berkolaborasi dan bisa memicu pelaku untuk melakukan perundungan. Jika hanya satu faktor, sementara yang lainnya tidak mendukung, maka bisa tidak akan muncul perilaku perundungan.

Dian mencontohkan seorang anak yang hidup di tengah keluarga yang tidak harmonis tapi di sekolah diajarkan tentang kasih sayang dan saling menolong serta selalu diingatkan tidak boleh berkelahi. Maka, anak yang tadi tidak betah di rumah itu akan merasa bahagia di sekolah dan memiliki banyak teman, namun ketika kembali ke rumah dia menjadi sedih lagi. “Jadi, tidak selalu ada masalah di keluarga sehingga anak ini akan menjadi pelaku perundungan.”

Laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menyebutkan bahwa pelaku perundungan adalah pihak yang melakukan tindakan atau perbuatan perundungan kepada korban. Pelaku perundungan bisa perorangan atau berkelompok. Hal-hal yang sering dilakukan pelaku perundungan misalnya seperti menghina, menyindir, mengancam, mengucilkan, memalak, memfitnah, mendorong, menjegal, menjambak, dan sebagainya. Seseorang dapat menjadi pelaku perundungan karena meniru perilaku buruk orang dewasa, mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua, mengalami peristiwa perundungan, melakukan balas dendam atas kekalahannya, serta melampiaskan kemarahannya, dan lain-lain.

Korban perundungan adalah pihak yang mengalami perilaku perundungan oleh pihak lain. Seseorang yang dapat menjadi korban perundungan antara lain adalah anak yang dianggap berbeda, baik secara fisik maupun kebiasaan; anak yang cenderung penurut dan tidak pandai bergaul; anak yang dianggap menyebalkan tetapi tidak mampu membela diri; serta anak yang berkebutuhan khusus fisik atau nonfisik.

“Tak banyak korban perundungan yang tidak bisa melawan karena takut dengan kekuatan yang dimiliki oleh pelaku perundungan,” tulis laman Direktorat SMP. “Jika kamu menjadi korban perundungan, maka jangan takut untuk melaporkannya kepada guru, orang tua, atau pun pihak lain yang bisa membantu kamu mengatasi masalah ini.”

Pada peristiwa perundungan biasanya juga ada saksi yang berada di lokasi atau melihat kejadian. Saksi perundungan, kata Dian, pada umumnya adalah teman pelaku atau teman korban. Ketika terjadi perundungan, ada beberapa respons yang dilakukan oleh saksi, seperti memilih untuk diam saja, atau setengah membantu dengan mencegah. Ada juga saksi yang malah membantu pelaku atau, sebaliknya, saksi sedikit membantu korban atau tak acuh karena merasa tidak menimpa dirinya.

Menurut buku Ayo, Bantu Anak Hindari Perundungan, seseorang dapat menjadi saksi perundungan ketika melihat kejadian tetapi cenderung tidak melaporkan karena beberapa alasan, seperti pelaku adalah temannya, menganggap ini bukan masalahnya, menganggap korban pantas mendapatkan perundungan, takut menjadi korban berikutnya, dan takut terlibat. “Saksi ini biasanya lebih banyak teman-teman, berarti yang harus diciptakan adalah budaya di sekolah untuk lebih peduli, misalnya, ‘Bagaimana kalau itu terjadi kepada kamu? Mau membantu atau dicuekin? Tentu membantu kan.’ Diciptakan kesadaran seperti itu,” ujar Dian.

 

Penulis: Redaksi Mediakom 

ShareSendShare
Rokom

Rokom

Redaksi Sehat Negeriku

Informasi Terkait

Tantangan Bidan di Masa Pandemi

Tantangan Bidan di Masa Pandemi

26 Juni 2024
Bidan di Daerah

Bidan Desa Harus Serba Bisa

26 Juni 2024
Garda Terdepan Dalam Persalinan

Garda Terdepan dalam Persalinan

26 Juni 2024
Masih Banyak Bidan yang Dibutuhkan_Foto Shutterstock

Masih Banyak Bidan yang Dibutuhkan

26 Juni 2024
Isi Tas Bidan

Mengintip Isi Tas Bidan

26 Juni 2024
Ilustrasi Liburan Sekolah_Foto Shutterstock

Ide Seru Menikmati Liburan Sekolah

26 Juni 2024
Next Post
blank

International Vendor Conferences SIHREN, SOPHI, InPULS

Kreasi Bubur Ne

Kreasi Bubur Ne dari Sagu

Tweet oleh @KemenkesRI
Berita Utama

Kepulangan Jemaah Haji Dimulai, Tim Medis Standby Siang Malam

14 Juni 2025
Umum

RS Kemenkes Riau Resmi Dibangun, Hadirkan Layanan Premium dan Teknologi Canggih

13 Juni 2025
Berita Utama

Ditemukan Banyak Kasus Hipertensi, Diabetes dan Masalah Gigi Saat Cek Kesehatan Gratis

13 Juni 2025
Berita Utama

Perawat Melek Digital, UI Hadirkan Inovasi Teknologi Kesehatan

12 Juni 2025

Rekomendasi Artikel

blank

COVID-19 Kembali Merebak di Luar Negeri, Masyarakat Diminta Waspada

20 Mei 2025
blank

Kini Check In PeduliLindungi Bisa Lewat Website

30 September 2022
blank

Cek Kesehatan Gratis Kado Ulang Tahun Dimulai, Ini 3 Cara Daftar

10 Februari 2025

Berita Populer

  • blank

    Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Besok PeduliLindungi Resmi Bertransformasi Menjadi SATUSEHAT Mobile

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beri Perlindungan Tambahan, Lansia Diberikan Vaksin Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sertifikat Vaksin & Data Bermasalah? Ini Solusinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penerbitan STR Seumur Hidup Lebih Mudah Lewat Portal SATUSEHAT SDMK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Sehat Negeriku

Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

Jejaring Website Terkait

  • Kementerian Kesehatan RI
  • Biro Komyanmas

Informasi Lainnya

  • Tentang Sehat Negeriku
  • Peta Situs
blank
Infografis

Jadwal Skrining Anda dan Keluarga

Jadwal Skrining Sesuai Siklus Hidup

22 September 2023
blank
Infografis

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

31 Mei 2019
blank
Infografis

Lebaran Sehat

19 Februari 2019
blank
Infografis

Mudik Sehat dan Aman

19 Februari 2019
blank
Infografis

Lansia Indonesia

19 Februari 2019

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.