Sehat Negeriku
No Result
View All Result
Kamis, 22/05/2025
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
No Result
View All Result
Sehat Negeriku
No Result
View All Result

Mencari Titik Presisi di Muka Bumi

Rokom by Rokom
26 Maret 2024
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Mencari Titik Presisi di Muka Bumi - Foto: Shutterstock

Mencari Titik Presisi di Muka Bumi - Foto: Shutterstock

Bagikan di FacebookBagikan di WhatsappBagikan di Line

Dari keperluan navigasi kapal dan kepentingan militer, teknologi GPS berkembang menjadi peralatan standar telepon genggam. 

 

Anda memesan makanan melalui aplikasi ojek online, yang belum pernah datang ke rumah Anda, tetapi pesanan itu ternyata bisa sampai. Tentara dapat menembakkan peluru kendalinya ke suatu sasaran secara tepat dari jarak ratusan kilometer. Semua ini sekarang mungkin terjadi berkat adanya sistem pemosisian global (GPS), teknologi berbasis satelit yang dapat menginformasikan suatu posisi di bumi, baik di darat, laut, maupun udara, secara akurat.

Paul E. Ceruzzi dalam buku GPS (2018) menetapkan empat hal yang menjadi konteks pengembangan GPS. Pertama, informasi posisi harus tersedia sepanjang waktu, terlepas dari kondisi cuaca atau faktor lain. Kedua, cakupan layanan harus dapat diakses dari mana pun di dunia. Ketiga, akurasi posisi perlu dipastikan dalam radius sekecil mungkin. Keempat, alat penerimanya harus kecil dan ringkas dengan kebutuhan listrik minimal.

Titik lokasi di bumi adalah soal ruang dan waktu tertentu. Ini karena bumi selalu berputar selama 24 jam pada sumbunya ke arah timur dengan kecepatan sekitar 464 meter per detik sehingga suatu titik di permukaan bumi sebenarnya selalu berubah. Kondisi ini menjadi tantangan utama dalam upaya penentuan koordinat suatu lokasi dan sudah tergambar dalam sejarah navigasi.

Dahulu kala, kapal-kapal berlayar dengan mengandalkan peta langit, yakni posisi rasi bintang pada waktu tertentu, dan kronometer, jam yang akurat. Namun kondisi cuaca sering kali menjadi hambatan. Misalnya, bintang di langit tak terlihat karena tertutup awan. Masalah ini terpecahkan setelah ditemukannya mikroprosesor, satelit, dan Internet pada 1970-an.

Internet pada mulanya adalah sistem berbagi informasi yang digunakan Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada pertengahan 1970-an untuk kepentingan militer. Peneliti di departemen itu lalu menghubungkan jaringan-jaringan komputer yang terpisah yang pada akhirnya melahirkan apa yang sekarang kita kenal sebagai Internet.

Adapun pemanfaatan satelit dimulai ketika Uni Soviet mengorbitkan satelit Sputnik pada Oktober 1957 yang sebenarnya ditujukan untuk propaganda. Sputnik mengelilingi bumi dan mengirim gelombang radio yang dapat ditangkap radio amatir. Orbit satelit ini rendah dan dapat dilihat dengan mata telanjang.

Untuk menandingi Soviet, Amerika mengorbitkan beberapa satelit komunikasi Transit di awal 1959. Menurut Ceruzzi, satelit-satelit ini menciptakan semacam “sangkar burung” yang mengurung bumi, menjadi semacam peta bumi maya. Dengan menangkap sinyal radio dari transit, penerima di bumi dapat mengetahui posisinya secara relatif terhadap peta maya tersebut. Dengan cara ini, kapal selam, misalnya, dapat menentukan posisinya secara akurat tanpa perlu melihat peta langit.

Departemen Pertahanan Amerika lalu membentuk suatu tim yang bertugas mengembangkan arsitektur GPS pada 1973. Letnan Kolonel Angkatan Udara Bradford Parkinson memimpin tim ini dan pada 2016 ia mendapat penghargaan Marconi Prize atas kontribusinya dalam pengembangan GPS.

Pembangunan GPS adalah proyek raksasa yang melibatkan banyak pihak. Ceruzzi menyebut beberapa dari mereka, seperti Institut Nasional untuk Standar dan Teknologi yang mengembangkan jam atom dan standar frekuensi; Laboratorium Riset Angkatan Udara membangun arsitektur dasar GPS, satelit, dan orbit satelit; serta Badan Pemetaan Pertahanan membuat peta akurat.

GPS pada mulanya dikembangkan untuk memastikan sasaran militer secara presisi. “Jujur saja, Perang Dunia Kedua adalah sebuah parodi—untuk menghancurkan sebuah pabrik di Jerman kami mengorbankan banyak pesawat terbang dan menjatuhkan banyak bom. Kami menembak banyak sasaran yang kami tidak ingin tembak,” kata Bradford Parkinson, yang juga profesor emeritus di Universitas Stanford, kepada ITNOW edisi Juni 2019.

Tanggal 1 September 1983 merupakan momen penting dalam sejarah GPS. Pada hari itu, pesawat Korean Airlines ditembak jatuh oleh pesawat tempur Soviet. Pesawat yang sedang melintasi Alaska, Amerika Serikat menuju Seoul, Korea Selatan itu diduga telah menyimpang dari jalurnya dan memasuki wilayah udara Soviet. Hal ini mendorong Presiden Amerika Ronald Reagan membuka akses GPS bagi penerbangan sipil.

Masalah berikutnya adalah alat penerima sinyal GPS haruslah cukup ringkas. Pada fase awal alat penerima GPS sangat merepotkan. Alat itu lebih besar daripada kulkas dua pintu. Harganya pun mahal, sekitar US$ 5 juta pada 1970-an atau setara Rp 78,2 miliar sekarang. Ini jelas tidak praktis, apalagi bagi tentara di medan perang.

Hal ini terjadi karena komponen elektronik di dalamnya disusun pada papan-papan sirkuit yang terpisah. Para peneliti berupaya memperkecil ukurannya hingga menjadi mikroprosesor, sirkuit terintegrasi berbasis silikon dalam satu cip yang sangat kecil. Alat penerima GPS pun menjadi hanya sebesar genggaman tangan. Catherine Alexandrow, dalam artikel “The story of GPS” dalam buku DARPA: 50 Years of Bridging the Gap (2008), mencontohkan, alat penerima GPS bikinan Rockwell Collins, perusahaan teknologi informasi Amerika, hanya seberat setengah kilogram, menampilkan peta lengkap, memakai empat baterai, dan dapat bertahan selama hampir tujuh bulan.

Perkembangan alat penerima GPS semakin ringkas dan canggih setelah ditemukannya telepon seluler, yang kemudian menjadi telepon pintar. Ketika GPS menjadi komponen standar di telepon pintar, hal itu membuka berbagai kemungkinan pengembangan yang melampaui tujuan awal GPS. Telepon pintar atau alat navigasi mutakhir sekarang telah menyatukan GPS, Internet, dan data lain sehingga mampu digunakan untuk berbagai hal.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

ShareSendShare
Rokom

Rokom

Redaksi Sehat Negeriku

Informasi Terkait

Tantangan Bidan di Masa Pandemi

Tantangan Bidan di Masa Pandemi

26 Juni 2024
Bidan di Daerah

Bidan Desa Harus Serba Bisa

26 Juni 2024
Garda Terdepan Dalam Persalinan

Garda Terdepan dalam Persalinan

26 Juni 2024
Masih Banyak Bidan yang Dibutuhkan_Foto Shutterstock

Masih Banyak Bidan yang Dibutuhkan

26 Juni 2024
Isi Tas Bidan

Mengintip Isi Tas Bidan

26 Juni 2024
Ilustrasi Liburan Sekolah_Foto Shutterstock

Ide Seru Menikmati Liburan Sekolah

26 Juni 2024
Next Post
Evolusi Payung dan jas Hujan - Foto Shutterstock

Evolusi Payung dan Jas Hujan

Dari Sendok ke Kompas - Foto Shutterstock

Dari Sendok ke Kompas

Tweet oleh @KemenkesRI
Berita Utama

99 Jemaah Haji Terserang Pneumonia, Kemenkes Ingatkan Pentingnya Pencegahan dan Penanganan Cepat di Tanah Suci

22 Mei 2025
Berita Utama

RSUP Dr. Kariadi dan FK UNDIP Sepakat Jalankan Kembali PPDS Anestesi

20 Mei 2025
Berita Utama

Kelelahan dan Dehidrasi Picu Kejadian Akut Kronis, Jemaah Diminta Waspada

22 Mei 2025
Berita Utama

Pemkab Klungkung Audiensi ke Kemenkes, Bahas Penguatan Pembangunan Kesehatan di Daerah Kepulauan

20 Mei 2025

Rekomendasi Artikel

blank

Cek Kesehatan Gratis Kado Ulang Tahun Dimulai, Ini 3 Cara Daftar

10 Februari 2025
blank

Penerbitan STR Seumur Hidup Lebih Mudah Lewat Portal SATUSEHAT SDMK

11 Oktober 2023
blank

COVID-19 Kembali Merebak di Luar Negeri, Masyarakat Diminta Waspada

20 Mei 2025

Berita Populer

  • blank

    Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Besok PeduliLindungi Resmi Bertransformasi Menjadi SATUSEHAT Mobile

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beri Perlindungan Tambahan, Lansia Diberikan Vaksin Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sertifikat Vaksin & Data Bermasalah? Ini Solusinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penerbitan STR Seumur Hidup Lebih Mudah Lewat Portal SATUSEHAT SDMK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Sehat Negeriku

Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

Jejaring Website Terkait

  • Kementerian Kesehatan RI
  • Biro Komyanmas

Informasi Lainnya

  • Tentang Sehat Negeriku
  • Peta Situs
blank
Infografis

Jadwal Skrining Anda dan Keluarga

Jadwal Skrining Sesuai Siklus Hidup

22 September 2023
blank
Infografis

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

31 Mei 2019
blank
Infografis

Lebaran Sehat

19 Februari 2019
blank
Infografis

Mudik Sehat dan Aman

19 Februari 2019
blank
Infografis

Lansia Indonesia

19 Februari 2019

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.